10.1 PENGANTAR
Salah satu fungsi dari akuntansi adalah melakukan penukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan kebijakan investasi, dan pembagian hasil. Karena pentingnya masalah ini maka dalam dunia bisnis kita juga mengenal pengukuran laba yang dilakukan oleh profesi lain misalnya : fiskus atau perpajakan, pemegang saham, analisis keuangan, pengusaha, ekonom, bahkan siapapun yang bergerak dalam dunia bisnis termasuk ibu-ibu yang melakukan bisnis dipasar, dikampung, pasti memiliki ide atau pendapat tentang perhitungan laba.
Siapapun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis mengapa ia trus melakukan bisnis. Biasanya alasan tradisional itu adalah untuk mendapatkan laba. Oleh karenanya si pelaku bisnis itu sendiri pasti memiliki pandangan tentang apa yang dimaksudkan nya sebagai laba dan bagaimana menentukan laba tersebut. Seorang ibu yang menjual sayur dipasaran mungkin menganggap bahwa ia telah mendapatkan laba jika uang yang ada ditangannya lebih besar daripada uang yang dibawanya tadi pagi sewaktu memulai kegiatan pembelian barang yang dijual. Kemungkinan besar ia tidak memperhitungkan saldo persediaan, biaya pribadinya dan upah tenaga kerjanya. Seorang pengusaha lainnya bisa aja menggangap bahwa laba perusahaan adalah penjulan dikurangi seluruh biaya dikurangi investasi baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Dan tentu banyak lagi pendangan dna praktek di masyarakat dalam pengkukuran laba ini, namun yang sampai menjadi pembahasan adalah :
- Laba menurut ilmu ekonomi
- Laba menurut fiskus (petugas pajak)
- Laba menurut akuntansi
- Laba menurut perhitungan Zakat
Perbedaan itu disebabkan berbagai alasan antara lain karena :
- Benda atau produk dan jasa yang akan dinilai (biaya historis, biaya ganti, biaya realisasi, present value)
- Unit ukur (bisa unit ukur uang atau ukuran kemampuan tenaga beli)
Bersadarkan perbedaan pandangan dan alasan di atas itu maka muncullah berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.
10.2 POLEMIK TENTANG LABA
Sebelum kita masuk dalam pembahasan konsep laba, berikut ini penulis akan mengemukakan sebuah polemik yang dimuat dalam surat pembaca TEMPO 9 Mei 1989 antara penulis dengan Kwik Kian Gie yang menyangkut perbedaan persepsi tentang konsep laba. Berikut ini adalah polemik tersebut.
Semula menurut hasil wawancara TEMPO dengan Kwik Kian Gie yang dimuat TEMPO edisi 25 November 1989 di rubrik Ekonomi dan Bisnis dengan judul ” Tidak Cukup Dengan Baik”, memuat tanggapan beliau tentang posisi AGIO SAHAM. Beliau berpendapat bahwa agio saham adalah laba karena empat alasan pokok. Alasan Kwik dan Jawaban saya dikemukakan seperti ini di bawah ini :
- Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungan dikemudian hari.
Alasan
Alasan ini tidak mudah untuk menopang pendapat agio sebagai laba. Penulis berpendapat agio bukan di minta. Agio muncul dari perbedaan harga jual saham dengan harga nominal yang telah dibayar investor. Tentu setelah mempertimbangan secara rasional bahwa ia mau membeli saham tersebut. Alasan membagikan keuntungan di kemudian hari juga tidak dapat menguatkan bahwa agio adalah laba. Pembagian keuntungan sebenarnya bukan didasarkan pada agio atau pos lain di luar laba, baik laba ditahan maupun laba tahun berjalan. “Membagikan Keuntungan” mempunyai arti bahwa yang dibagi adalah untung (laba) bukan yang lain. Dan bagian tersebut diberikan berupa kas, saham atau aktiva jenis lainnya.
2. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara terpisah, karena agio bukan modal saham.
3. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi deviden dari agio saham
4. Agio boleh langsung dikantungi emiten
Karena perlu diketahui jumlah laba ini ? Laba ini adalah infomasi penitng dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk :
- Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara
- Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan
- Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambil keputusan
- Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang
- Untuk menjadi dasar dalam perhitunganan dan penilaian efisiensi
- Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan
- Perhitungan zakat melalui sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada masyarakat
10.3 LABA EKONOMI
Kemudian pada awal abad XX beberapa tokoh menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap :
- Physical Income
- Real Income
- Money Income